Jalan Menuju Bahagia Itu Sulit oleh Abu Khalil
Memang Bahagia itu terkadang Nampak sangat sederhana. Bisa makan enak bagi para pengemis, berkumpul Bersama keluarga bagi orang yang sibuk, atau sekedar bisa menatap alam luas dan bebas bagi penghuni penjara adalah Bahagia.
Namun pernahkah kita berfikir bahwa yang sulit justru jalan menuju Bahagia itu. Mereka yang mengeluhkan tak Bahagia, bisa jadi adalah orang yang tak mau berjalan menuju Bahagia, atau mungkin mereka sedang berada di tengah jalan menuju Bahagia.
Jalan menuju bahagia itu ternyata sulit. Itu poin yang harus kita sadari terlebih dahulu sebelum “berkhayal” tentang bahagia itu sendiri. Kenapa saya katakan “berkhayal” ? ya, karena banyak orang yang sebenarnya baru pada tahap berkhayal untuk bahagia tetapi belum siap untuk bahagia. begini penjelasannya.
Sejarah manusia, mulai dari para raja, para milioner, para penjahat, para artis terkenal, para nabi, para sufi, dan siapapun manusia itu akan kita dapati bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kesulitan dan memiliki masalahnya masing-masing. Itu sudah pasti. Jangan pernah mengira para milioner itu hanya hidup santai menikmati hartanya yang melimpah, karena barangkali mereka sedang berfikir keras, bahkan hingga tidak dapat tidur memikirkan bagaimana ekspansi perusahaan mereka dalam menghadapi era disrupsi, sama halnya para pemulung yang bisa jadi juga sedang berfikir keras bahkan tak nyenyak tidur di waktu malam sebab menahan lapar serta berfikir tentang apa yang bisa dimakan esok hari untuk keluarganya. Bahkan anak kecil yang belum punya beban hidup, akan merasa kesusahan berfikir bagaimana caranya menang dalam permainan catur. Semua punya masalahnya masing-masing. Dan setiap orang sedang menghadapi masalahnya masing-masing.
Kalau kita kira para raja adalah yang paling bahagia, coba kita lihat sejarah, bagaimana pertikaian antar manusia, antar keluarga bahkan antar bangsa untuk memperebutkan kekuasaan itu ? berapa nyawa yang tertumpah ? berapa harta yang digelontorkan? Berapa dan apa yang dikorbankan sudah tak terhitung. Bukankah itu sulit ? belum lagi ketika kerajaan sudah direbut, tiba-tiba terjadi pemberontakan dimana-mana, bukankah sulit menjadi raja ? tetapi masih saja banyak yang berkhayal, raja itu tinggal menjetikkan jemarinya maka segala kebutuhannya akan tercukupi. Kenapa kita tidak melihat prosesnya menjadi raja dan memikirkan bagaimana pusingnya raja saat menjani kewajibannya sebagai raja ? bukankah itu sulit ?
Melihat kehidupan para artis dan para orang terkenal kita langsung berkhayal bagaimana kalau kita memiliki hidup seperti mereka, menjadi dambaan setiap orang. Tetapi sangat jarang kita berfikir untuk menjalani proses orang tersebut hingga menjadi terkenal Mungkin saja mereka memulai usahanya dari ditolak casting berkali-kali, atau menjalani latihan berat agar suaranya bagus dan layak disebut sebagai penyanyi, dan setelah terkenal mereka sering dikejar para fans yang gila, atau lari dari bidikan wartawan yang sedang mengorek permasalahan keluarganya. Disitulah permasalahannya, kita sangat senang sekali berkhayal mencapai hasil yang maksimal, namun sangat jarang sekali kita siap menjalani prosesnya yang tak gampang.
Tak salah bila Allah pun menyebutkan “bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan”, karena memang kemudahan itu akan ada setelah kita mampu menghadapi berbagai macam kesulitan dan bukan menghindari kesulitan itu. Bahkan menghindari satu kesulitan hakikatnya pindah kepada kesulitan lainnya. Punya hutang misalnya. Lari dari rentenir, atau kesana-kemari minjam uang agar gali lobang tutup lobang, semua itu masalah yang sama. Menghadapinya adalah masalah, lari darinya adalah masalah. Nah, bahagia itu diujung masalah tersebut. Jauh bukan ?
Bila hidup adalah ujian, dan ujian itu adalah tantangan yang harus dihadapi serta masalah yang harus diselesaikan, maka bahagia adalah hasil dari kita menyelesaikan masalah tersebut. Bila kita ingin bahagia, jangan pikir itu akan tiba-tiba langsung kita rasakan saat bangun tidur, tetapi bahagia justru akan selalu hadir bersamaan ketika kita mampu menyelesaikan beragam masalah yang kita hadapi.
Tapi kita juga harus mengetahui bahwa ada dua jenis masalah dalam hidup kita. Jenis pertama, masalah yang datang sendiri. Ini semacam takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT kepda kita. Misalnya, dimana seseorang dilahirkan, atau keluarga yang melahirkan nya, semua itu diluar kemampuan manusia untuk memilih. Sehingga menyesali permasalahan yang sudah jadi takdir kita hanya akan membuang waktu, tetapi mensyukuri serta ridha dengan segala keadaan yang “dipilihkan” untuk kita adalah jalan menuju Bahagia.
Sedangkan masalah jenis kedua adalah masalah yang muncul sebab kita lah yang memilihnya. Misalnya, kita memutuskan masuk fakultas kedokteran. Maka tugas-tugas yang diberikan dosen, atau praktik-praktik yang harus diikuti, bahkan uang kuliah yang harus dibayar setiap bulannya adalah masalah yang muncul sebab pilihan kita masuk ke fakultas kedokteran tersebut, dan itulah jalan menuju kebahagiaan. Artinya, bila kita mampu menyelesaikan segala masalah yang ada maka nanti pada ujungnya Bahagia itu akan terasa.
Namun masalahnya adalah “masalah” apa yang mesti kita hadapi, itu tergantung kita. Kita seharusnya bisa memilih “masalah” yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita, bukan sekedar mencari masalah yang tak ada guna. Misalnya memilih untuk bermalas-malasan, adalah masalah yang tidak ada guna.
Allah SWT berfirman, “jika telah selesai mengerjakan sesuatu maka carilah pekerjaan yang lain” dan itu lah hidup, cari kerjaan, cari masalah baru yang bisa kita tangani. Pekerjaan akan menambah pengalaman, masalah akan menaikkan kualitas diri kita. Seperti game. Setiap tantangan yang dapat dilewati akan menaikkan level kita. Disetiap kenaikan level itu akan ada kebahagiaan. Dan setelah kita mengalami satu kebahagiaan, ingat akan ada tantangan baru yang menaikkan level kebahagiaanmu.
Makanya, jangan salah memilih masalah dan tantangan. Carilah masalah dan tantangan yang dapat meningkatkan nilai hidup kita. Memukul orang yang tidak bersalah juga masalah, membully orang di medsos juga nyari masalah, tapi itu pekerjaan tidak terlalu penting untuk kualitas hidup kita. Jadi, hidup itu menemukan hal sulit yang bisa kita nikmati penyelesaiannya dan meningkatkan kualitas hidup kita. Nah disitulah bahagia.
Teori tentang bahagia itu mudah. Tapi untuk benar-benar bahagia ternyata sulit. Bukan begitu ?