Media sosial merupakan salah satu hasil dari kemajuan tekhnologi yang dicapai oleh peradaban manusia. Dengan adanya kemajuan tersebut kita bisa melakukan komunikasi dengan sesama melalui cara yang tidak pernah dipikirkan oleh orang-orang pada masa sebelum modern. Tetapi bukan berarti sebagai orang muslim kita bisa terlepas dengan adab-adab dan akhlak serta ketentuan yang telah di gariskan oleh Islam.

Salah satu fenomena yang sering terjadi adalah banyak orang yang menjadikan media social ini sebagai ajang untuk mencurahkan isi hatinya. Tentunya dengan berbagai niat yang ada.

Mungkin curhat di media social yang siapapun bisa membacanya dirasa lebih nyaman apalagi kemudian ditanggapi oleh banyak orang serta merasa mendapatkan perhatian lebih dari netizen. Lalu bagaimana sebenarnya fiqh islam memandangnya…?

Sebelumnya perlu kita garis bawahi bahwa curhat bukan lah hal yang dilarang. Curhat boleh saja dilakukan oleh siapapun, namun perlu juga diperhatikan beberapa adabnya agar jangan sampai Curhat yang semulanya diperbolehkan berubah hukumnya menjadi makruh atau bahkan menjadi Haram.

Curhat pada hakikatnya adalah meminta nasehat kepada orang lain terkait persoalan yang kita hadapi. Dengan kata lain curhat adalah menceritakan segala kegundahan dan kegelisahan kepada orang lain dengan tujuan mendapatkan nasehat dan jalan keluar dari permasalahan. Memang tujuan curhat bisa jadi bukan untuk meminta nasehat, tetapi hanya sekedar sebagai pelampiasan dari keresahan hati yang terpendam.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan saat Curhat, apalagi di media social.

1. Bila curhat terkait aib diri sendiri

Dalam hal ini sebaiknya memilih orang yang sangat terpercaya sehingga Aib diri tidak tersebar kemana-mana. Karena dalam islam, haram hukumnya mengumbar aib sendiri apalagi berbangga dengan aib serta dosa yang dilakukannya, khawatir bahwa orang yang seperti ini termasuk dalam golongan orang MUJAHIRIN. Seperti dalam hadis berikut :

عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه

Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)

Jadi, Curhat yang demikian sebaiknya tidak diposting di media social dimana setiap orang akan membacanya. Solusinya carilah sahabat dekat yang dapat dipercaya, yang bijak, agar Aib diri sendiri tidak tersebar dan kitapun mendapatkan nasehat sehingga curhatan itu menjadi bermanfaat.

2. Bila curhat terkait Aib Orang lain atau keluarga

Seringkali seseorang melampiaskan amarahnya kepada seseorang atau bahkan keluarganya sendiri di media social,sehingga terkesan ia menyebarkan aib mereka kepada netizen. Padahal dalam sebuah hadis dikatakan Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” [Shahih Muslim]

Dan hal yang seperti ini juga termasuk dalam ghibah yang di larang. Sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”.

[Al Hujurat :12]

Apalagi aib itu terkait keluarganya sendiri. Karena aib keluarga sudah seperti aib sendiri.

Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

  إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا رواه مسلم  1437 

“Sungguh manusia yang paling buruk kedudukannya pada hari kiamat menurut Allah adalah orang laki-laki menggauli istrinya dan seorang wanita menggauli suaminya, kemudian menyebarkan rahasia yang terjadi di dalamnya”. (HR. Muslim)

Bila memang membutuhkan solusi terkait permasalahan rumah tangga maka sebaiknya jangan disebar di media social, dimana kita tidak pernah tau siapa saja yang memberi tanggapan, apakah ia orang yang bijak, atau orang yang pura-pura bijak, berilmu atau jahil. Maka ruang media social bukanlah ruang yang tepat untuk mencari solusi terhadap urusan rumah tangga.

Kesimpulannya, Media sosial memang media yang bagus untuk berinteraksi dengan orang banyak, hanya saja tidak semua hal harus kita bicarakan dan kita bagikan kepada orang lain. Ada beberapa hal yang cukup hanya kita da orang-orang tertentu yang mengetahui, diantaranya adalah terkait Aib diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.

Karena itu sebagai seorang muslim hendaknya kita bisa dengan bijak menyikapi segala kemajuan tekhnologi ini. Seorang muslim harus bisa menjadikan kemajuan itu sebagai sarana yang memudahkannya menggapai ridho ilahi bukan justru melalaikannya dari hakikat kehidupan manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT. Wallahu a’lam