Kita semua mengetahui bagaimana kisah pasukan thalut melawan jalut. Ketika pasukan thalut berhadapan dengan pasukan jalut yang jumlahnya lebih banyak, mereka menyadari bahwa bergantung kepada kekuatan mereka sendiri adalah sebuah kemustahilan. Maka satu-satunya yang mampu menolong dan memenangkan mereka adalah Allah SWT. Sehingga mereka berdoa kepada Allah SWT sebagaimana yang diabadikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
{ وَلَمَّا بَرَزُوا۟ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُوا۟ رَبَّنَاۤ أَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرࣰا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ }
Dan ketika mereka maju melawan Jālūṭ dan tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan kokohkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." [Surat Al-Baqarah: 250]
Saya rasa setiap Da’i perlu memanjatkan doa yang sama sebagaimana yang dipanjatkan pasukan thalut, meskipun bukan dalam konteks perang senjata, namun setiap langkah dakwah kita di hari ini selalu saja kita dihadapkan pada “kekuatan besar” yang berkonspirasi disegala bidang kehidupan untuk meredupkan cahaya Islam, baik dalam bentuk pemikiran maupun kebijakan yang merugikan umat dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, budaya maupun sosial.
Ada 3 hal yang diminta oleh pasukan thalut
yang patut kita renungkan ;
Pertama, KESABARAN
Kesabaran memiliki berbagi macam bentuk. Para
ulama telah menyatakan bahwa kesabaran ada 3 macam, yaitu : sabar dalam
menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, serta sabar dalam
menghadapi musibah.
Menariknya, saat berhadapan dengan pasukan
yang besar, saat pasukan thalut merasakan kekhawatiran bahkan perasaan takut,
justru mereka meminta kesabaran. Dan kesabaran bukanlah bentuk pasif yang
bermakna pasrah, sama sekali bukan itu, namun justru bentuk kesabaran saat
berhadapan dengan musuh adalah tidak lemah dan tidak menyerah serta tidak
tunduk kepada musuh. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah ali imran ayat
146 :
{ وَكَأَیِّن مِّن نَّبِیࣲّ قَـٰتَلَ مَعَهُۥ
رِبِّیُّونَ كَثِیرࣱ فَمَا وَهَنُوا۟ لِمَاۤ أَصَابَهُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ وَمَا
ضَعُفُوا۟ وَمَا ٱسۡتَكَانُوا۟ۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلصَّـٰبِرِینَ }
Dan betapa banyak nabi yang berperang
didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak
(menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah
semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai
orang-orang yang sabar. [Surat Ali 'Imran: 146]
Ketika kita meminta kesabaran dalam dakwah itu
berarti kita harus siap untuk tidak menjadi lemah, tidak berputus asa dan tidak
mudah menyerah serta menggunakan berbagai cara yang diridhai Allah dalam
mendakwahkan Islam, Hingga Islam yang rahmatan lil alamin ini benar-benar dirasakan
oleh setiap orang.
Kedua, TSABAT (Keteguhan)
Dalam tafsir jalalain dijelaskan bahwa keteguhan
dan kekokohan dalam langkah maksudnya adalah hati yang kuat dalam berjihad.
Dan Allah SWT menjelaskan bahwa keteguhan hati
dalam berjihad akan diberikan kepada orang-orang yang MENOLONG ALLAH.
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ یَنصُرۡكُمۡ وَیُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ }
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
[Surat Muhammad: 7]
Dengan demikian, keteguhan hati dalam berjuang
akan diperoleh jika kita benar-benar memastikan hati kita memiliki niat yang
lurus hanya untuk menolong agama Allah, mengikuti segala aturan Allah,
memperjuangkan segala yang di ridhai Allah SWT.
Niat yang tidak lurus dalam berjuang, seperti halnya untuk memperoleh kepopuleran, Kekayaan atau hanya sekedar jabatan akan
membuat seseorang tidak memiliki keteguhan dalam berjuang, mudah berputus asa
bila tujuannya tidak tercapai.
Ketiga PERTOLONGAN ALLAH
Hakikat perjuangan adalah ujian bagi jiwa dan
raga, bukan ajang memperlihatkan siapa yang terkuat dan siapa yang pintar.
Sebab seorang mukmin akan selalu bergerak diatas keyakinan yang mendalam bahwa
kemenangan selalu datangnya dari ALLAH SWT. Sehingga sangat wajar bahkan telah
menjadi tuntutan aqidah dalam setiap perjuangan bahwa kita harus menunjukkan
kelemahan diri dihadapan Allah dan mengakui bahwa hanya Allah SWT yang Maha
Kuat, yang Maha Perkasa, dan Yang Maha Berkehendak. Sehingga kita pun
mengetahui saat meraih kemenangan Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW
untuk merendahkan diri dengan bertahmid, bertasbih dan beristigfar, sebagaimana
dalam surah an-nasr :
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya
Dia Maha Penerima tobat.” (QS. An-Nasr :1-3)
Semoga kita diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa kesabaran, keteguhan hati serta pertolongan.