1. apakah
puasa sunnah arafah harus mengacu pada ibadah wukuf di arafah ?
2. Jika memang
demikian, lalu bagaimana sikap kita bila 9 zulhijjah di Indonesia berbeda
dengan di Saudi, apakah kita harus berpuasa harus mengacu pada ketetapan Saudi ?
Jawab :
1. memang
ada yang memahami bahwa Puasa Sunnah arafah harus mengacu pada ibadah wukuf di arafah.
Konsekuensinya, bila Saudi menetapkan 9 zulhijjah lebih dulu dengan Indonesia, Sebagian
orang tetap berpuasa mengikuti ketetapan Saudi lalu melakukan shalat idul adha
dua hari setelahnya sesuai dengan ketetapan Indonesia. namun bila kita teliti
lebih jauh, sikap seperti ini tidak tepat meskipun Nampak bijak, dan lagi pula ternyata
puasa sunnah arafah sesungguhnya tidak harus mengacu pada ibadah wukuf yang
dilakukan di mekah;
Hal itu
karena puasa sunnah arafah sudah dilakukan sebelum Nabi SAW diperintahkan untuk
melakukan ibadah haji. Tercatat bahwa ibadah haji baru dilakukan oleh Rasulullah
SAW di tahun ke 10 hijriyah, meskipun
perintah melaksanakan haji telah diterima di tahun ke-6 hijriyah. Karena menadapatkan
rintangan dari kafir Quraisy, akhirnya di tahun ke enam itu Haji dilakukan
secara darurat dengan bertahalul dan menyembelih hadyu, dan disepakatilah
perjanjian Hudaibiyah. Baru di tahun ke 10 hijriyah, perjanjian tersebut dihapuskan
dan haji bisa dilakukan.
Sedangkan
Puasa Sunnah, sudah sering dilakukan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dalam
sebuah hadis di katakan:
أَرْبَعٌ لَمْ
يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ
عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ
قَبْلَ الْغَدَاةِ
“Ada empat
perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah yaitu puasa asyura,
puasa hari arafah, puasa tiga hari setiap bulan dan shalat dua rakaat sebelum
subuh” (HR. An Nasa’i dan Ahmad)
Hadis ini
sangat jelas menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sudah terbiasa melakukan puasa
sunnah di hari Arafah, sebelum Rasulullah SAW melakukan haji. Sehingga mengaitkan puasa sunnah dengan ibadah wukuf tidaklah tepat
2. Dan
perlu di ketahui, “hari Arafah” adalah
nama untuk “tanggal 9 zulhijjah” dan bukan nama untuk ibadah wukuf. Hal ini
sebagaimana penjelasan dari imam ar-razi dalam kitab tafsirnya :
اعْلَمْ أَنَّ
الْيَوْمَ الثَّامِنَ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ يُسَمَّى بِيَوْمِ التَّرْوِيَةِ،
وَالْيَوْمَ التَّاسِعَ مِنْهُ يُسَمَّى بِيَوْمِ عَرَفَةَ
“ketahuilah bahwasanya hari ke delapan zulhijjah
disebut hari tarwiyah, dan dihari kesembilan disebut hari arafah.” (Tafsir ar-razi
jilid 5 hal 324)
Sehingga tidak tepat bila puasa sunnah arafah mengacu kepada ibadah wukuf, namun seharusnya puasa sunnah arafah harus mengacu
pada tanggal 9 zulhijjah.
3. lalu jika penetapan tanggal 9 zulhijjah berbeda
antara Indonesia dan saudi, mana yang harus kita ikuti ? yang harus kita ikuti adalah
penetapan di negara nya masing-masing. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadis
kuraib yang sudah masyhur tentang perbadaan penetapan Hilal di negara yang
berbeda :
“Bahwa Ummu Fadhl bintu al-Harits pernah menyuruhnya
untuk menemui Muawiyah di Syam, dalam rangka menyelesaikan suatu urusan. Setibanya
di Syam, saya selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk
tanggal 1 ramadhan dan saya masih di Syam. Saya melihat hilal malam jumat.
Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di akhir bulan, Ibnu
Abbas bertanya kepadaku
“Kapan kalian melihat hilal?” tanya Ibnu Abbas.
“kami melihatnya malam jumat.” Jawab Kuraib.
“Kamu melihatnya sendiri?” tanya Ibnu Abbas.
“Ya, saya melihatnya dan masyarakatpun melihatnya. Mereka puasa dan
Muawiyahpun puasa.” Jawab Kuraib.
Ibnu Abbas menjelaskan:
لكنا رأيناه ليلة
السبت، فلا نزال نصوم حتى نكمل ثلاثين أو نراه
“Kalau kami melihatnya malam sabtu. Kami terus
berpuasa, hingga kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal
Syawal.”
Kuraib bertanya lagi,
“Mengapa kalian tidak mengikuti rukyah Muawiyah dan
puasanya Muawiyah?”
Jawab Ibnu Abbas,
لا هكذا أمرنا رسول
الله صلى الله عليه وسلم
“Tidak, seperti ini yang diperintahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kami.” (HR. Muslim 2580)
Kesimpulan,
1. Puasa Arafah tidak mengacu pada ibadah wukuf di
arafah, namun mengacu pada tanggal 9 zulhijjah
2. penetapan tanggal 9 zulhijjah bisa saja berbeda
diantara negara-negara muslim, dan ini sangatlah wajar
3. Sikap yang tepat adalah mengikuti ketetapan di
negara masing-masing tentang awal bulan melalui rukyatul hilal.
4. Adapun sikap sebagian orang yang berpuasa mengacu pada wukuf, dan idul adha mengacu pada penetapan di negara masing-masing, merupakan bentuk kerancuan metodelogi dan mengarah pada talfiq yang dilarang.
Wallahu a’lam bish showab