Pernahkah kita benar-benar berniat untuk berjihad di jalan Allah? Atau setidaknya, terbersit dalam hati bahwa jika suatu saat ada panggilan jihad, kita adalah orang pertama yang akan menyambut seruan itu?

Jihad adalah bentuk pengorbanan, dan tidak semua orang siap untuk berkorban. Baik itu jihad dalam menuntut ilmu, menyebarkan Islam, atau membela kebenaran, seorang mujahid harus memiliki kesiapan untuk berjuang dan berkorban. Oleh karena itu, pahala jihad begitu luar biasa. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: 

عن أنس رضي الله عنه عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إلا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الكَرَامَةِ». متفق عليه.

Dari Anas Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Tiada seorang pun yang telah masuk surga lalu ingin kembali ke dunia untuk mendapatkan sesuatu darinya, kecuali orang yang mati syahid. Ia berharap kembali ke dunia lalu terbunuh (sebagai syahid) sebanyak sepuluh kali karena ia telah melihat kemuliaan yang Allah berikan kepadanya." (Muttafaq 'alaih)

Berniatan untuk berjihad dan mati syahid menjadikan seorang mukmin berani membela kebenaran. Rasulullah ﷺ bersabda:

"أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ"

"Jihad yang paling utama adalah menyampaikan keadilan di hadapan penguasa yang zalim."

Imam Al-Ghazali mengomentari hadis ini dengan mengatakan bahwa mereka yang teguh membela agama memahami keutamaan menyampaikan kebenaran kepada penguasa zalim. Bahkan, jika ia terbunuh dalam menyampaikan kebenaran itu, ia mati syahid. Karena itu, mereka siap menghadapi segala risiko dan siksaan demi meraih ridha Allah.

Namun, tanpa niat dan kesiapan untuk mati syahid, umat akan menjadi seperti buih di lautan, dihantam penyakit wahn. Ketika Nabi ﷺ ditanya tentang wahn, beliau menjawab:

"الوَهْنُ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ المَوْتِ"

"Wahn adalah mencintai dunia dan membenci kematian."

Ada sebuah perkataan bijak yang patut kita renungkan:

“Kematian bukanlah tujuan itu sendiri. Menginginkan kematian juga bukan berarti bunuh diri. Demikian pula, menginginkan mati syahid bukanlah bentuk keputusasaan atau pelarian dari kehidupan. Sebaliknya, menghindari kematian bukanlah tanda kepengecutan, sebagaimana tidak melindungi diri bukanlah tanda keberanian.” (Muhammad Al-Khazandar)

Inti dari kesiapan mental untuk mati syahid adalah keikhlasan dan niat yang murni, bukan sekadar mencari kematian. Kisah seorang lelaki yang ikut berperang dalam Perang Khaibar menjadi pelajaran berharga. Ia begitu gigih di medan perang, tak membiarkan satu musuh pun luput dari serangannya. Namun, Nabi ﷺ bersabda bahwa ia termasuk penghuni neraka. Salah seorang sahabat mengikuti lelaki itu dan mendapati bahwa ia tidak mampu menahan luka yang dialaminya, hingga akhirnya ia menikam dirinya sendiri. Nabi ﷺ kemudian bersabda:

"إِنَّ أَكْثَرَ شُهَدَاءِ أُمَّتِي أَصْحَابُ الفُرُشِ، وَرُبَّ قَتِيلٍ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِنِيَّتِهِ"

"Sesungguhnya kebanyakan syuhada dari umatku adalah mereka yang meninggal di tempat tidurnya. Bisa jadi seseorang terbunuh di medan perang, namun Allah lebih mengetahui niatnya."

Bisa jadi seseorang wafat di atas tempat tidurnya, tetapi ia diberi pahala syahid karena keikhlasan niatnya. Sebaliknya, seseorang bisa mati dalam peperangan, tetapi tidak dianggap sebagai syuhada jika niatnya ternodai oleh kebanggaan, fanatisme, atau ambisi popularitas.

Dalam Shahih Muslim, Nabi ﷺ bersabda:

"مَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ صَادِقًا أُعْطِيَهَا وَلَوْ لَمْ تُصِبْهُ"

"Barang siapa mencari mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberinya pahala syahid, meskipun ia tidak mengalaminya."

Al-Hakim meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"مَنْ سَأَلَ القَتْلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ صَادِقًا ثُمَّ مَاتَ أَعْطَاهُ اللَّهُ أَجْرَ شَهِيدٍ"

"Siapa yang benar-benar meminta mati di jalan Allah, kemudian ia wafat secara biasa, maka Allah memberinya pahala syahid."

Dalam riwayat lain, beliau ﷺ bersabda:

"مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ"

"Siapa yang meminta mati syahid dengan penuh kejujuran, maka Allah akan memberinya kedudukan para syuhada, meskipun ia wafat di atas tempat tidurnya."

Hanya Allah yang mengetahui keikhlasan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu melakukan introspeksi diri. Mari periksa hati kita, apakah di dalamnya ada niat untuk mati syahid di jalan Allah? Jangan sampai hati kita dipenuhi penyakit wahn yang membuat kita takut mati dan terlalu mencintai dunia.